1/26/2012

Istikharah Cinta

"Enthit...enthit...Greet"

jeritan 'entit-entit' mengusik kesenyapanku yang tengah menyetrika pakaian usai dijemur. Sebuah sms masuk dari seorang sahabat yang baik hati. senyumanku pun bertengger di sela-sela  peluh yang merenggut sudut bibirku. Hm, ada apa gerangan?


begitu sms ku buka...

"Ketahuilah, ajaran salafi, wahabi, muhammadiyah, LDII, N.U, persis, tidak menggunakan istikharah cinta dan mereka berpegang hadits tentang jawaban si wanita jika dilamar diam itu mengiyakan. Jadi pada zaman rasulullah sampai daulah fathimiyah runtuh, pria yang mengkhitbah langsung dapat jawabannya dari wanita tanpa istikharah. Jika ada hadits yang menyatakan istikharah terlebih dahulu, saya mohon dikirimi teksnya. (sms dari ikhwan calon saya, Ukh..)"


Awal kata pembuka dari serangkaian kalimatnya, sempat ku kira sms nasihat atau wawasan khazanah keilmuan. Tak tahunya... akar masalah ada di ekor kalimat.
Si ikhwan melamar sahabat saya yang akhwat. terus si akhwat belum menjawab kepastian terima tolaknya degnan alasan butuh istikharah dulu. Kini terjadi perdebatan seru antara si ikh dan si akh. perang sms kali ya...


jadi ceritanya sms diforward ke saya nih. Oke deh... Saya pikir
tak ada masalah.  Yang pasti si ukht sahabat saya itu share dan meminta saran yang bisa jadi pencerah.


saya pun mengirim balasan. Tidak saya ulas sms clometan si ikh tadi. Cukup saya menyarankan yang hemat energi, hemat biaya...


"jawab simple aja: Anda penganut ajaran Islam atau sekte-sekte itu?"


jujur saja, balasan itu sengaja saya kirim karena di benak saya terlalu meluap-luap keinginan untuk menjelaskan panjang lebar. Di sisi lain, media penjelasnya tidak memungkinkan diri untuk berbusa-busa dalam bingkai kata. Dan pula, hemat energi sekaligus mengajak obyek yang diajak bicara-dalam konteks ini adalah si ikhwan- untuk berpikir ulang dengan argumen uniknya itu.


Saya hanya tersenyum santai. Sahabat saya pun tersenyum. gimana coba senyumnya? kirim sms kali.


Aneh juga ya...
sejenak saya tercenung dengan argumen si ikhwan tsb. Apa dia tidak pernah mendengar adanya hadits tentang ajaran istikharah pada setiap perkara. Apapun itu, tak terkecuali urusan cinta. Ukh, berat nian istilahnya.
Jangankan urusan cinta, misalkan mau tebang pohon depan rumah sendiri, boleh kok istikharah.


عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ الله رَضِيَ الله عَنْهُمَا، قَالَ: كَانَ رَسُولُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعَلِّمُنَا الِاسْتِخَارَةَ فِي الأُمُورِ كُلِّهَا، كَمَا يُعَلِّمُنَا السُّورَةَ مِنَ القُرْآنِ، يَقُولُ:
"إِذَا هَمَّ أَحَدُكُمْ بِالأَمْرِ، فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ مِنْ غَيْرِ الفَرِيضَةِ، ثُمَّ لِيَقُلْ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَخِيرُكَ بِعِلْمِكَ وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ، وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ العَظِيمِ، فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلاَ أَقْدِرُ، وَتَعْلَمُ وَلاَ أَعْلَمُ، وَأَنْتَ عَلَّامُ الغُيُوبِ، اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الأَمْرَ خَيْرٌ لِي فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي - أَوْ قَالَ عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ - فَاقْدُرْهُ لِي وَيَسِّرْهُ لِي، ثُمَّ بَارِكْ لِي فِيهِ، وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الأَمْرَ شَرٌّ لِي فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي - أَوْ قَالَ فِي عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ - فَاصْرِفْهُ عَنِّي وَاصْرِفْنِي عَنْهُ، وَاقْدُرْ لِي الخَيْرَ حَيْثُ كَانَ، ثُمَّ أَرْضِنِي بِهِ" قَالَ: «وَيُسَمِّي حَاجَتَهُ»
Artinya:

dari Jabir bin Abdillah r.a berkata: Rasulullah saw mengajari kami istikharah pada setiap perkara apapun, sebagaimana beliau mengajari kami surat pada Al-Qur'an. Beliau bersabda: 
((Jika salah seorang dari kalian punya keinginan pada suatu perkara, maka hendaklah dia ruku'-shalat- dua raka'at selain shalat wajib. Kemudian berdoa: "Ya Allah, sesungguhnya aku beristikharah-minta pendapat- dengan pengetahuanMU. Aku meminta kemampuan padaMU dengan KuasaMU. Aku memintaMU dari kelebihanMu yang agung. Engkau berkuasa sementara aku tidak mampu. Engkau tahu sementara aku tidak tahu. Sedang Engkau Maha Mengetahui keghaiban. Ya Allah jika Engkau tahu bahwa perkara ini baik untukku, agamaku, kehidupanku, serta akibat perkaraku-(atau urusan dunia dan akhiratku)- maka putuskanlah dan mudahkanlah ia untukku, lalu berkahilah untukku dalam hal itu. Dan jika Engkau tahu bahwa itu buruk untukku, agamaku, kehidupanku, serta dampak perkaraku-atau urusan dunia dan akhiratku- maka palingkanlah ia dariku serta palingkan aku darinya. kemudian tetapkanlah untukku kebaikan dimana saja, ridhoilah aku dengannya."))
Kemudian beliau melanjutkan ucapannya <<kebutuhannya disebutkan>>
HR. Bukhary

sesuai penuturan sahabat selaku pengemban sabda rasul itu, "Rasulullah saw mengajari kami istikharah pada setiap perkara apapun,"



perkara apapun itu mencakup perkara 'cinta'. 
**upss, ekstrim amat istilahnya yak.

Saya sendiri tak habis pikir dengan itu semua. makin merasa aneh dengan cara pikirnya. Kira-kira referensinya apa dan darimana si ikhwan itu bisa berargumen macam itu? Apa dia sudah survey kepada seluruh ulama pada masing-masing madzhab tersebut. Seolah-olah dia telah mendatangi satu persatu para penganut paham sekte-sekte di atas, sehingga berani mengambil kesimpulan yang saya pikir terlalu prematur. 

**Emang bayi?

Sayangnya, hingga note ini diposting saya belum mendapatkan jawaban pasti asal muasal kesimpulan itu dilahirkan. Jujur saya penasaran juga, meski mengakui bahwa itu wawasan baru yang tidak pantas untuk diremehkan.

   
Kalaupun pada pendapatnya berkenaan "...jawaban si wanita jika dilamar diam itu mengiyakan" saya setuju. memang benar adanya itu sesuai ajaran Islam. Gadis yang dilamar, biasanya rasa malunya lebih besar. Rasa malu ini mengalahkan kuasanya untuk menyuarakan keputusan. Nah, suara tak pastinya inilah justru menjadi jawaban pasti, hal itu dihukumi sebagai persetujuannya.
Masalahnya, kalau ternyata diam itu diartikan dalam kondisi apapun.

Ya, nanti dulu...

Gimana jika...Diam disini masih sangat luas artiannya. 

>>> Diam belum sempat jawab, karena shock
>>> Diam karena sakit dan belum bisa bicara
>>> Diam karena masih mengatur jawaban tapi waktu mepet
>>> Diam karena bisu
>>> Diam... (diam-diam, aku mengagumimu...hehe)
>>> dan Diam apalagi ya...


Nah, itu perlu didetailkan ulang. tidak asal diam lalu dihukumi mengiyakan dalam arti setuju. Bisa aja nih orang.


Oh ya, kalo boleh usul, bagi akhwatnya bisa juga untuk menyiasati. jangan DIAM, tapi jawab saja...

"beri saya kesempatan untuk berpikir/istikharah."


**Tuh kan. Klu gini kan Gak diam jah.


Kemudian saya juga geli dengan istilah istikharah cinta. 

ya jelas dong, Mas... memang benar jika mereka tidak menggunakan istikharah cinta karena memang istikharah cinta itu tidak ada. yang ada istikharah untuk segala hal. 


Istikharah itu menurut paham saya adalah sharing kepada Allah Ta'ala. Minta pendapat dan tanggapanNya. Namanya aja minta pendapat, ya layaknya meeting kantoran gitu. Bedanya ini mah sama Kaisar di atas segala Kaisar.

Ada juga yang menjelaskan istikharah itu menghilangkan keraguan. Itu juga benar. Perlu ditambahkan pula, tidak semata-mata hilangkan keraguan. Sebab banyak kasus, sesudah istikharah masih juga merasa was-was dan ragu.  Ada kemungkinan adalah...

1.) Sudah menjadi jawaban untuk tidak meneruskan Niat atau keinginan pada perkaranya.

2.) Tergoda dengan bisikan lain, di luar hati nurani. Hati nurani itu biasanya muncul di awal desiran hati. sifatnya lembut, tipis nan berinti. Ibarat cahaya lilin pada malam hari di padang rumput yang luas nan gelap. Ada cahaya di sana, tapi kecil nyaris tiada meski hakikatnya ada. Suara kecil nan berinti itu justru menjadi sumber kekuatan dalam menentukan keputusan.

3.) **kok lupa... ??? :(



Nah, kalo sekedar diartikan menghilangkan keraguan, lha kok ini malah timbul keraguan. 
Oleh karena itu, pengertian itu tidak cocok jika istikharah dilakukan dalam rangka semata-mata obat jerawat, eh penghilang ragu.


Mungkin sampai sini dulu. Moga memberi manfaat ^^




Walillahil Hamdu. Alhamdulillah

Bagi yang komen pertama, berhak mendapatkan marchandise dari Ukasah Habiby Collection

2 komentar:

Rudiya Oktar on 7 Feb 2012, 06.20.00 mengatakan...

syukron ukhty, uraiannya menambah wawasan saya.

ukasah habiby on 7 Feb 2012, 16.08.00 mengatakan...

hehe... syarat dan ketentuan berlaku...

berhak dapat nih ^^

 

Sabaqaka Ukasyah Copyright © 2009 Girlymagz is Designed by Bie Girl Vector by Ipietoon

Modified by Abu Hamzah for Ukasyah Habiby