5/01/2012

Adikku

Alhamdulillah...

Hari ini begitu special. setelah sekian lama, membutakan diri dari blogodok, Allah mengijinkan akuh berdansa lagi dengan jemariku. 

Suatu sanjungan tersendiri, sejak sabtu lalu adikku pulang kampung. dalam kurun hampir sepekan waktu efektif untuk ngobrol dengannya baru semalam. Betapa momen awesome yang wajib diabadikan. Uwuh!
Oh ya, adikku... sayangku
biasa dipanggil Iim. dia adikku pas di bawah urutan keluarga. dia terlahir setahun sesudahku. aku anak ke-9 dan dia yang ke-10. sejak kecil kami selalu bersama. kebersamaan itu membuat kami dianggap saudara kembar. kebetulan dalam dasawarsa baju-baju kami selalu kembar. 



Kondisi keluarga memaksa antara orangtua dan saudara tidak dapat berkumpul. Kami semua terpaksa terbagi-bagi di bawah beberapa atap. syukurlah, aku dan adikku Iim tak berpisah. suka duka kami jalani bersama.

hingga memasuki fase pendidikan Tsanawiy. 
Fase yang menuntut kemandirian melalui dunia pesantren. Kami harus pergi meninggalkan kampung. Lagi-lagi kami bersama. Belajar, berantem, berebut, berulah, keisengan dan keunikan serta berkreatifitas. Ada saja ragam ulah adikku yang lucu dan aneh berpadu pada badungku yang asal. dia yang kalem tapi nylenthem, aku yang vokal nan frontal. 

adikku dulu memang malas soal kebersihan, sedang aku malu menghadapi kenyataan itu. aku sering mengomelinya. yang diomeli santai saja serba easy going, meski sebetulnya dia jengkel juga. 

bahkan kakak kedua kami sering menyindirnya dengan si tukang tape. kebiasaan merendam cucian hingga berhari-hari.

walau begitu, kejengkelanku dengan kemalasannya yang akut sering reda karena kesetiaannya. sejak kecil, dia memang sudah terlihat bakat pengertiannya. sangat memahami perasaan orang dan berempati. 

pernah suatu kali kerabat jauh kami sakit cacar. sebut saja, Akis. dari sebab sakitnya itu dokter menyarankan untuk tidak mandi. otomatis, dalam kurun, berhari-hari tidak mandi, efek 'aroma theraphy daki' menguar ke segala penjuru ruangan. ruangan itu menjadi kamar kami berenam, selaku anak asuh. 

tentu tidak ada yang sudi mendekatinya. terganggu dengan aroma itu. tapi tidak bagi adikku. banyak waktu mainnya diisi dalam bercengkrama dengan akis. pulang sekolah, biasa kami bermain. demikian pula aku. aku suka bermain. sebagaimana anak sebayaku. Aku tahu, adikku juga ingin bermain, tapi dia tak tega ketika dimintai untuk menemani Akis.

Bukannya aku tak mau menemani Akis, saudaraku itu. malah aku berpikir, adikku sudah menjadi syarat mengisi kesepian Akis. tak ada salahnya aku bermain saja bersama teman-teman yang lain. meski sesekali aku turut membersamai Akis dan adikku itu.
Ah, sungguh aku ingin menangis tiap kali mengingatnya.

Adikku... Iim




masih banyak sebetulnya kenangan baik yang unik bersamanya. dia satu-satunya saudaraku yang mengenalku serta sabar bersamaku. Bahkan pengenalan ayahbunda kami tentangku masih kalah pengenalannya terhadap diriku.

Aku bersyukur pernah memilikinya. Bukan berarti kini tiada, tapi pernikahanlah yang membentengi antara kami berdua.

september lalu menjadi bulan paling menyebalkan dalam hidupku.
Adikku menikah. Bukan karena dia melompatiku. bukan karena dia mendahuluiku. pernikahan itu nantinya yang akan menciptakan jarak antara aku dan dia.
sebab, hak suaminya jauh lebih besar dari orangtua. bila orangtua saja kalah pamor, bagaimana dengan saudara...???

Olehnya, aku sangat kehilangan ketika dia menikah. di satu sisi, aku bahagia karena dia tampak begitu sempurna tepat pada momen indah itu. riangnya proposional nan mengharukan.

Ah, sayang sungguh disayang...
aku makin nelangsa karena ibunda tak turut menyaksikan ini semua. yakinku menghibur, ibunda tersenyum dalam naungan ilahi...




0 komentar:

 

Sabaqaka Ukasyah Copyright © 2009 Girlymagz is Designed by Bie Girl Vector by Ipietoon

Modified by Abu Hamzah for Ukasyah Habiby