Mengapa anak suka bermain air?
Sebuah tanya untuk setiap kita, pasti aneh rasanya untuk menjawab dan menguraikannya. Tentu jawaban saya, kamu, dia, ataupun kita cukup beragam dalam beda dan sama. Lebih tepatnya, relatif mungkin ya.
Untuk menjawab pertanyaan sederhana tapi menggelitik ini, saya flashback masa kecil saya dahulu. Dimana apa yang saya rasakan saat itu, mematangkan apa jawaban tepat untuk mengulasnya.
Saya mengakui, bahwa bermain air cukup menyenangkan. Sensasi rasa dinginnya, percikannya yang menggoda, struktur adaptasi di setiap persinggahannya, dan juga misteri keabstrakkannya, yang tak bisa dipegang oleh anggota tubuh. Namun, betapa mungkin untuk dirasakan. Jangankan anak-anak, para dewasa pun asyik menikmati permainan air dalam bentuk apapun. kecuali bagi penderita khusus, yang rentan terhadap air itu sendiri.
Saya jadi teringat sepenggal sejarah masa silam, dimana bak mandi rumah cukup menggiurkan untuk diceburi. Bayangkan saja, bak kamar mandi dengan tinggi 1 meter, panjang 3 meter dan lebarnya 1 meter. Sementara tubuh mungil saya sepantaran anak usia SD, yang pasti begitu mungil nan unyu. Bisa ditebak, bak kamar mandi itu tak ubahnya sebuah kolam renang yang cukup menjanjikan kedamaian bukan?
Nggak pake lama alias GPL, saya dan adik sepupu saya nyemlung berdua. Kami sering kencan mandi bareng, tujuannya untuk menyatukan visi misi keriangan batin. Dan kalau sudah nyemplung, sering lupa waktu. Kami mandi berjam-jam tiada lepas kungkum hingga membiru.
Lama-lama ibu mulai curiga. Tak pagi maupun sore, kami kompak kencan mandi bareng. Sudah begitu, lama pula. Pernah Suatu kali ibu menggedor pintu kamar mandi, memastikan apa yang kami lakukan di dalam. Tak mau ketahuan, aku dan adik sepupuku sepakat pura-pura mencuci pakaian dalam sambil pura-pura bermain air. Hal urgen adalah jangan sampai ketahuan kalau kami sudah nyemplung bak kamar mandi. Bunyi-bunyian sesekali atau selingan suara gebyuran air dari ciduk menyiasati kibulan untuk ibu.
Bagi kami pada saat itu, tanpa pertimbangan mendalam bagaimana jika modus kami terendus. Yang terpenting happy, itu saja. kecurigaan ibu mulai tak terbendung. Beberapa kali ibu mengintai, maka beberapa kali pula dugaan ibu menguat. Terlebih kami lalai, bahwa tiap usai aksi renang di bak, bekas-bekas tindakan kriminalitas kami cukup kentara. Terutama pengaruh warna air yang awalnya jernih, mendadak keruh.
Alamaak!
Dan pada suatu malam, di senggang waktu belajar bersama, ibu menemani belajar kami. Setengah berbisik, ibu menengadahkan wajahnya ke arahku dan adik sepupu.
"Kalian berenang di bak kamar mandi ya?"
Seketika aku dan adik sepupuku melongo. Layaknya maling kepergok warga dan hendak di massa, kami hanya terpana bingung mau menjawab apa. Bohong? dengan dalih apa, semua sudah terlalu kuat mendukung pertanyaan ibu yang sifatnya dakwaan.
Dakwaan ibu jelas sudah yakin bulat, sebulat biji matanya yang menghakimi kami. Dalam diam, kami saling berpandangan dan gigih mencari alibi. Nihil!
"Mehehe..." hanya itu jawaban kami. Menyerah sudah. Biar ibu marah pun, toh kami mengakui itu kecerobohan kami.
"Hm, besok jangan diulangi lagi! kalian menyisakan daki pada banyak orang."
pesan ibu mengingatkan. Pandangan ibu menyiratkan sinar kemenangan sekaligus penghargaan atas kejujuran kami. sejujurnya, aku dan adik sepupuku lega, karena kami bebas dari kemarahan dan hukuman. Saat itu kami pun berjanji tidak mengulangi lagi.
Namanya juga anak-anak, sekali itu dijanji. Kapok! tapi kapok lombok. Esok hari setelah beberapa hari bertaubat, kembali rayuan bak kolah menggoda iman kami. Iman sekelas anak SD. Sempat terselip ragu. Tak dinyana, entah bisikan darimana, sedikit luluh kami terbuai
"Cobalah sekali ini saja. Besok tak akan diulang lagi. Itung-itunglah dah lama bertaubat."
Bisa ditebakkan, seperti sinetron Endonesiya banget deh. Aku dan adik sepupuku kembali beraksi, meski harus menyelisihi janji.
Dan orangtua pun tak bisa dibohongi. Kami yang amatiran ini kembali terpergok.
Apa yang terjadi?
"Kalian tak malu dengan Allah kah? Secara mandi bareng itu haram, Nak. Apalagi kalian sudah berjanji. Kalau sudah berbuat begini, enaknya dihukum apa ya? Ibu salah nggak kalau kasih hukuman? Daripada Allah yang kasih hukuman kan."
Tuiiing!
Janji deh, Bu. Nggak akan ulangi lagi...
Ya, saat itu kami memang benar-benar kapok dan malu. Terlebih tindakan ibu pun konsekwen dengan sikapnya. Beliau terus memantau jam-jam mandi kami. Tak boleh lagi mandi bareng di satu kamar mandi. AURAT! itu warning singkat dari ibu. Kami bisa paham.
Dan, apapun yang terjadi meski sudah tak lagi mandi bareng, kami masih suka main air.
Nah, kalau yang dewasa suka main air, apalagi anak-anak kan. mereka masih masa pertumbuhan dan memiliki rasa ingin tahu yang cukup besar.
Olehnya, jangan pernah melarang anak-anak bermain air. Jika pada kondisi yang tidak mendukung, baiknya alihkan saja pada hal-hal positif.
Ingat, jangan melarangnya, sebab itu akan mematikan rasa ingin tahunya.
Salam main air :)
*=====*
0 komentar:
Posting Komentar