3/16/2011

HIKMAHKU dari NAHASKU

Pukul 13:00 wib. Aku menghela napas panjang untuk meredam letupan-letupan kecil haiku. Ku tunggu kakak di setiap menit merangkak siang-sore. Terik matahari tak menyurutkan niatku berangkat menuju materi pelatihan. penantianku berakhir tepat pukul 13: 15 dengan sebuah PM dari kakak,

Berangkat sendiri ja, Q dah di PKU. motor di depan masjid. kunci ada di batok helm.
Positif kali ini aku tak diantar pak ojek, kakakku ((^_^)). tanpa menunda lagi, aku langsung ke TKP (tempat kunci persembunyian). Pada menit sebelum 'starter', ada saja hal-hal yang mengharuskanku bolak-balik keluar masuk rumah hanya disebabkan lupa thethek bengek. berulang kali terjadi, hingga aku capek sendiri. Tiba-tiba perasaanku tak tenang dan gelisah. aku gemetaran. usai adegan bolak-balik, motor pun perlahan merayap pasti.

di sepanjang tikungan, banyak terjadi kejutan. banyak hal yang mendebarkan. Aku mencoba menyuplai energi tubuhku untuk memotivasi jiwa agar tenang dan nyaman. Sayang, semakin jauh aku meninggalkan 'tanah air', batinku semakin menyalak dan meronta. Ada apa denganku?
berbagai wirit dan do'a aku lancarkan. semua baik-baik saja hingga di perempatan Dr. Oen, kandang sapi. Menit berharga yang ku kejar terpaksa dipending BANG JO.

Bang Jo sosok idealis nan disiplin. cool abis. tak banyak cingcong, hanya dengan tiga bahasa isyarat dalam berkomunikasi. bahasa merah, kuning dan hijau. merah ku artikan marah bagi siapapun yang ngotot ingin meneruskan perjalanan. kuning itu artinya pesan sayang agar berhati-hati dalam berkendaraan, sering aku bergumam "atos-atos, Nduk," begitu warna kuning menyala. Adapun hijau, artinya welcome atau silakan ((~_~)). sesungging senyum hijau terlintas di benakku, seolah senyuman itu benar-benar nyata.

Namun, tampaknya kedisiplinan benar-benar mengerak di jiwa bang jo. tak sedikitpun dia merelakan barang sedetikpun kortingan waktu. Aku melengos konyol, bang jo pun tersenyum. (gimna coba senyumnya?). warna hijau menyala, aku boleh melaju ke babak selanjutnya.

sebuah mobil sedan 70-an berada di sisi kananku. menyapa malu-malu tapi mau. bagiku tak mau tahu. Aku dikejar waktu. bukannya segera melaju, si sedan malah diam dalam bengong, sementara motor-motor yang lain telah jauh berlalu. tanpa berpikir panjang, ku raih kesempatan dengan memotong badan jalan. garis diagonal bisa jadi alternatif aman. tak lupa lighting right telah menyala. Mataku semakin berbinar saat ku sadar bahwa aku telah memotong setengah jalan dan sebentar lagi aku sampai di tujuan. Lebih cepat lebih baik. Harap-harap cemas, materi pengajaran tak boleh ketinggalan.

Tak dinyana, pemotongan jalan sebuah kesalahan. Kesuksesan yang petaka. Penyeberangan berbuah ciuman. Ya! aku terpaksa menerima ciuman mesra, akibat kesukseanku menyaingi waktu. dengan kata lain, aku tergesa-gesa sedang tergesa-gesa itu tidak baik.
  1. Ciuman moncong (putih) bamper mobil
  2. Ciuman setang motor
  3. Ciuman aspal.  Syukurlah ciumannya tak lebih dari sedetik. Jika lebih dari itu mungkin bibirku sudah segedhe aspalnya.
Tiga ciuman terangkum dalam satu suara...
"GUBRAAAk...!"
kaos kaki bolong tak jelas bentuk dan warnanya. lebih terkesan batik kali ya...

Berkelebat bayang-bayang kecil derita kecelakaan, bahkan kematian. Tubuh mungilku terseret sebab kalah berat dengan terjangan motor. Diriku tergeletak lunglai di tengah perempatan. Panas! kulit terasa terbakar.
Seretan terhenti. Seketika mataku mencari-cari sang penabrak. Mobil sedan itu melongo. Pengemudinya apalagi. mulutku komat-kamit mengeja plat nomornya. AD 7196 JD. Beberapa menit kemudian, pertolongan pertama bermunculan. Baru ku sadar bahwa kondisiku berantakan. Malunya minta ampun. Mana aku berjilbab lagi. Gugup! Tontonan gratis! Semua mata menuju ke satu fokus.
"Apa yang terjadi?"
"siapa yang menbrak?"
"korbannya? matikah?"
bla....bla....bla segala macam nada penasaran bersliweran timbul tenggelam. bukannya menolong, eh malah motornya yang ditolong. hiks. Aku makin malu dan muak tak berdaya. Ku tertatih menepi. Rasa sedih menyelinap di relung hatiku, karena seketika ku teringat ibu. Semoga tak ada kaitannya dengan beliau. Aku ingin menangis, tapi malu kembali menyentak "GBC! G Boleh Cengeng!"
sarung tangan bolo NG. awas masuk angin tuh...


Aku menenangkan diri di trotoar. seorang tukang becak menatapku iba. dia menawarkan becaknya dan aku menggeleng lemah. Dua cewek muncul memapahku ke sebuah warung. "Istirahat dulu disini...," pintanya lembut. Cideraku diperiksa. Kebingungan tanpa teman maupun pengaduan, teringat ku pada pahlwan kesiangan yang tidak bolong. Mbak Nungma! sedikit terhibur aku memintanya jadi pedampingku, supporterku... (Abrakadabra...Olala bebek... kwek..kwek...). selebihnya ada pada di domain charming serial badung ala mbak nungma...


http://www.facebook.com/notes/norma-keisya-avicenna/ini-cerita-hidup-gue-apa-cerita-hidup-loe-special-edition-flp-pelangi_12/10150156313105660

Selanjutnya...

Terserah Anda....

serial berikut, mungkin saja nunut

Bismillah...

Laporan sms send terpampang di layar posel. Tak lagi ku indahkan segala basa basi dua cewek yang berbaik hati membalut lukaku. Mereka mencarikan perban sekaligus betadine obat luka untukku. Seorang pria mendekat hendak memeriksa lukaku. Aku enggan ketika kaos kakiku ditanggalkan sementara dia berdiri tepat di depan kedua kakiku.
“mobilnya tadi berhenti, mbak?” tanyaku pada seorang cewek yang berparas manis.
“Mmm... iya, Mbak.” Jawabnya pendek sambil sibuk pada lukaku. Jawabannya ku anggap wajar dan kepalaku menoleh kanan kiri memastikan mobil itu berhenti.

“hehe, saya kok mbak...” tanpa diminta pria yang dari tadi berdiri mengaku dialah pengemudi mobil sedan itu. Oalah! Tiwas clingukan. Belakangan ku tahu bahwa kedua cewek itu semobil dengan pria pengemudi sedan 70-an itu. Pantas saja jawabannya tak PD.

Tak lama kemudian, mbak nungma muncul dengan senyum khas manisnya. Aku lega, meski pringas pringis tak jelas, antara menahan rasa sakit dan senyum pelipur lara. Selang beberapa menit berlalu, Duo BodyGuardku, Ayu dan Diah muncul bersama pawang mereka, mas Dwi. Sempat ku terkejut tak siap. Ku pikir hanya mbak nungma yang tahu. Hehe... ternyata dua embanku tak kalah setia. Aku tersenyum bahagia. Klik!



Waktu terus merambat nan pasti. Tanda-tanda akan berakhirnya masalah belum jelas wujudnya. Kami bernegosiasi. Aku putuskan untuk memprioritaskan kendaraan daripada kondisiku. Mengapa demikian? Karena aku yakin, aku bakal tak masalah, sedangkan kendaraan itu milik kakakku. Bukan sekedar takut kena marah, melainkan aku tak ingin mengecewakannya. Aku yang selalu merepotkannya, belum berhasil membahagiakan sudah bertubi-tubi mengecewakan. Itu benar-benar watak pecundang, sedang aku tak mau itu. Ah, kakakku...

Perasaan bersalah berat bergelantung di benakku. Harus bagaimana ini? Aku butuh istirahat yang nyaman tanpa adegan tutup kaki dengan kresek yang super hot macam ini. Lukaku butuh asupan oksigen secara maksimal. Di sisi lain, aku harus mengawasi kendaraan yang remuk sana sini. Sejenak ku tercenung, mencari orang kepercayaan. Umumnya, kaum adam lebih terampil dan peka masalah mesin. Tak ada salahnya aku mencari rekomendasi dari mereka, sekaligus mengantisipasi tipu muslihat yang bersangkutan. Bukan berburuk sangka, tapi waspada.
Aku meminta bantuan melalui pak kepala suku. Aku butuh seorang, yang datang puluhan. Benar-benar kepala suku yang sangat pengertian, sampai aku sendiri tidak mengerti. Biar pun begitu, aku tahu mereka bermaksud mensupportku. Terharu menyaksikan itu semua. Lagi-lagi aku ingin menangis, tapi malu membalik semua rasa itu hingga yang terjadi derai tawa yang tak ada habisnya. Sekali lagi GBC!

Teman-temanku membantu berdasarkan nurani dan ide kreatif masing-masing. Duo Bguard atau embanku, Diah menyelamatkan helm dan sepatu sebelah kiri. Ayu merelakan sebagian badannya menjadi sandaran ‘hidup’ku. Ciee.... mbak fitri memboncengku dan meminta pak prapto untuk membereskan kendaraan. Mbak erni, mbak ivon dan mbak nury memapahku. Selanjutnya tongkat estafet pemapahan dilanjutkan oleh mbak eka dan mbak ivon. Beberapa langkah berlalu digantikan oleh ayu lagi. Mbak amrih yang sedari awal tampak sibuk berpikir keras untuk menghibur sekaligus mengambil gambar sesuai pesanan. (wekss....) mbak santi terus menyemangati kami semua untuk saling bahu membahu. Entah apalagi kami jadinya, aku tak kuasa melukiskannya. Kami semua berkumpul di kelas dan sepakat melanjutkan materi ba’da ashar.



Di tengah proses KBM, aku berusaha meyakinkan diri bahwa aku tidak apa-apa. Pikiranku hanya muter-muter soal kendaraan kakakku. Pulang nanti aku harus sedia kala. Ku tekuk-tekuk setiap persendian, harapanku pada persendianku baik-baik selalu dan tidak kaku. Pikiran dan perasaan campur aduk tak keruan. Sekali lagi aku meyakinkan diri bahwa aku bisa. Ayahku sering berpesan, segala sesuatu berawal dari keyakinan. Sekeras apapun hidup, keyakinanmu adalah yang paling utama. Alhamdulillah, benar saja. Usai jam KBM berakhir, aku  pulang sendiri tanpa merepotkan orang lain.


Tiba di rumah jelang maghrib. Rumah kosong sebab saudara ke rumah sakit, jaga ibu. Aku memutuskan pergi ke dokter dulu seblm cabut ke rumah sakit. Kebetulan hari Ahad, banyak dokter yang libur praktek. tak satu pun dokter2 langganan yang bisa dimintai bantuan. Aku nelangsa terbawa muter-muter didera aingin malam yang menyiksa. Huh!
Pukul 19:00 wib baru ku dapati dokter dari seorang teman baik di daerah sukoharjo. sekitar pukul 19: 30 wib baru aku pulang dan segera ke rumah sakit menjenguk ibu.

Seharusnya maghrib tadi aku sudah stand by di sana, tapi karena putar-putar cari dokter, terpaksa ba'da isya' baru sampai di PKU. Jalanku compang-camping meski baju tak seperti itu. Begitu tepat di muka pintu utama, baru ku sadari bahwa kakakku membuntutiku.sejak ku masih di jalan, kakakku sudah melihatku dari kejauhan.
"Mas...?" gumamku tertahan.
"Kamu kenapa?"
"Aku....mmmm...," aku bingung harus jawab apa. terbata-bata kemudian berkaca-kaca.

TU BI KONTINYUT...

YM_COM

Continue Reading...

3/06/2011

PERMAINAN KATA ABADI

Bismillah


tiga hari berturut-turut aku harus menghadiri acara. ke semuanya, acara FLP. aku menikmati meski banyak yang harus ku senepi. yakinku, tiap sesuatu harus ada pengorbanan jika ingin perubahan dan perkembangan. 

Ahad 06 Maret 2011
Pagi ini aku telah berbuat dosa. Aku sadari sekaligus menyesali. penyesalan tentu butuh impasan. istighfar? sudah pasti, harus! 
Aku mencari-cari jawaban dalam putaran pikiran. lelah tak kunjung ku taklukkan, ku putuskan menghibur dengan permainan.

di depan lepi yang melemah battery-nya ku putar film lama. kung fu yang bukan kung fu panda ((^_^)). diperankan oleh artis kawakan, jet li. dipenjet langzung lari....xixi

entah darimn terbetik, sebuah eureka menjitak botak kepalaku yang tak botak. "hei, aku harus melakukan perubahan. Aku harus membahagiakannya sebagaimana aku telah menyakitinya."

segala hal ku persiapkan. kertas kado dan pita pink dgn corak garis warna emas sepangjang 1 m dengan lebar 5 cm. sebuah buku dalam tema motivasi diri. semua ku bungkus rapi. tak lupa terselip pesan sayang... dan permintaan maaf. setelah semua siap aku bergegas menuju kantor pos terdekat.
Baru beberapa langkah hendak menyeberang jalan, sebuah motor melaju kencang mendadak dari arah tikungan perempatan. aku terkesiap, demikian si pengendara motor. tak ayal, terjadilah apa yang harusnya terjadi....




"Gubraaak!...jeduk!"




Aku tersentak dan meringis. ternyata aku tertidur dan perasaan bersalah masih menghantui, hingga terbawa mimpi. sementara film selesai krn memang error. durasi hanya berjalan 15 menit. Oalaaah...!


ku lirik jam di layar hepi. 11:45 wib. itu artinya waktunya mandi. hehe... abisnya sejak pagi tadi saya keasyikan utak atik 'dulinan'. maklum masa kecil terlalu bahagia, makanya nggak dewasa.


jam 13:00 nanti ada kelas FLP.
Alhamdulillah, kakakku longgar jadi bisa antar.
aku meluncur ke TKP (tempat kajian pena). sampai di tempat sekitar pukul 13:20 wib. begitu memasuki ruangan tak ku dapati pembicara yang telah dijanjikan, padahal biasanya aku selalu saja datang terlambat. kali ini, anggap saja sebuah prestasi, hingga aku riang memasuki ruangan.


beberapa menit berlalu... tak nampak jua tanda-tanda acara segera dimulai. waktu bergulir hingga pukul 13:50 wib (dua siang kurang 10 menit)

sang maestro yang dinanti muncul dengan gaun merah hati menyapa kelas FLP pelangi. Aiih...

(....)
Continue Reading...

3/05/2011

KESAKSIAN BATIN YANG MEMBATIN

BISMILLAH

Aku tak pernah memimpikan bahwa aku bisa bertatap muka dengannya. Sekedar berangan pun tidak sama sekali, hanya saja sempat terpintas di hati, ingin berdiskusi bersama tentang perbedaan yang menyamakan. bersitan itu terkubur cepat, karena Aku tahu dan sadar siapa dia dan siapa aku. Dunia kami berbeda meski tetaplah sama. sejak kecil aku tak berani berlebihan dalam bermimpi, karena betapa sakitnya bermimpi itu. ternyata itu salah. justru bermimpi itu merupakan pekerjaan mulia yang membutuhkan energi ekstra. pekerjaan yang sakit dan menyakitkan tapi manis dibelakang.

ketika kesuksesan itu hanya sebuah impian, bermimpilah itu lebih mulia dari sekedar berangan. bermimpi itu jelas tergambar meski dalam angan, sedang angan itu tak lebih dari bermimpi yg tidak jadi.
perencanaan yang gagal lebih baik dari gagal merencanakan...
Dialah sang maestro itu...
Sejarah mencatat bahwa pada tanggal 04 - Maret - 2011 (usai hari meletku_aku mulai tua nih, hehe...) hari Jum'at, pukul 08:00 hingga 16:00, GAG mengagendakan kunjungan ke solo. Kunjungan sekaligus silaturrahim ke keluarga besar FLP soloraya. Dia datang bersama sang istri tercinta.
Dia melangkah menuju ruangan tempat acara dengan langkah pasti dan ringan. Hatiku meleleh begitu melihat sosoknya benar-benar nyata di depan mata. semakin meleleh lagi, saat ku lihat tangan kirinya tersisa tak lebih dari setengah. dia begitu percaya diri... meski cacat, dia tetap mampu berkarya bahkan mengejawantahkan ilmu untuk siapa saja. lalu bagaimana denganku yang secara fisik lebih sempurna darinya? apa yang bisa aku banggakan kelak dihadapan Allah Swt.
Dialah Gol A Gong. ya, Gol A Gong! jangan salah dan tidak salah dalam penulisan itu. Sekali lagi ingat, Gol A Gong yang bukan sekedar golagong. mengapa demikian? Adalah Gol A Gong mengungkap filosofi di balik nama unik tsb. 
Gol= identik dgn kesuksesan.  
A= Alloh Subhanahu wa Ta'ala
Gong= alat musik tradisional jawa yang suaranya membahana ke segala penjuru jika ditabuh.
Jadi, makna yang ku pahami dari paparannya saat itu ialah kesuksesan hidup yang tujuan utamanya mengarah pada Allah Ta'ala, kemudian kesuksesan itu membahana ke seluruh jagat raya menebar manfaat dan menuai barakahNya.
Masya ALLAH....!
Tak hanya itu. Nama unik nan cantik itu didapat dari hasil rapat kecil-kecilan antara GAG dengan orangtuanya. Sungguh bagiku itu sebuah kehangatan sejati, ketika segala masalah dikomunikasikan bersama hingga nama pun jadi topik pembahasan. Padahal jelas hal itu menjadi bagian hak mutlak bagi GAG untuk menentukan sendiri.
Dunia cacatnya terabaikan dengan hobi yang ditanamkan oleh orangtuanya, yaitu membaca. "Tatkala seseorang membaca, dia lupa akan dirinya, baik kekurangan maupun kelebihan," katanya lugas. Aku setuju dan membenarkan.  Ah, sungguh indah...subhanallah. 
Dia sosok guru yang ideal. setidaknya sesuai kriteria belajarku. Aku suka diskusi dan dia welcome untuk itu bahkan menyemangati tiada henti. Semangatnya tidak sekedar menyemangati, tapi sekaligus memberi dan pemberiannya berisi. Ku pikir dia penyandang cacat yang sempurna, karena itu lebih baik dari kesempurnaan yang cacat. 
GAG selaku pembicara dan istri sekretaris dan asisten pribadinya



teman-teman berpose depan kamera bersama mba tyas tatanka, istri sang maestro





Banyak hal dasar yang banyak dia sampaikan tentang dunia menulis sekaligus pernak perniknya. tak putus rasanya semangat untuk berbagi yang dia tuangkan. sungguh menggertak dan menyentak. mengapa? karena segala keunikan tentang menulis tetaplah kembali pada pribadi masing-masing anak manusia ini, yaitu kreativitas. Orang kreativif tentu pintar, tapi orang pintar belum tentu pintar dan kreativ.




teman-temanku yang konyol dan lutju. jilbab biru isna dan jilbab abu-abu mbak erni

Continue Reading...
 

Sabaqaka Ukasyah Copyright © 2009 Girlymagz is Designed by Bie Girl Vector by Ipietoon

Modified by Abu Hamzah for Ukasyah Habiby